Hepatoprotective and Antifibrotic Effects of Indonesian Propolis

Abstract

Liver cirrhosis is the irreversible stage in liver damage process which occurs after liver fibrosis due to necro-inflammatory activities and liver fibrosis. Therefore, inhibition of liver inflammation and fibrosis is very important to prevent liver cirrhosis. This study aimed to analyze the effect of ethanol extract of propolis (EEP) from mount Lawu, Indonesia to prevent liver damage and fibrosis progression in mice with hepatic cirrhosis. This study was performed during the period of June 2018 to May 2019 on a sample of 32 male Balb/C mice divided into control group (P1), induction of carbon tetrachloride (CCl4 ) group (P2), induction of 50 mg/BW CCl4 + EEP group (P3), and (induction of 100 mg/KgBW CCl4 + EEP (P4) with each group consisted of eight mice. The CCl4 in olive oil was administered intraperitoneally three times a week for six weeks. Mean differences between group was determined using ANOVA test with a significance level of 0.05. The induction of CCl4 increased liver cell damage and serum alanin aminotransferase (ALT) level. However, the addition of EEP significantly (p<0.001) reduced liver cell damage as seen in P3 (54.38±4.17 per 100 liver cells) and P4 (37.13±4.36 per 100 liver cells) groups and serum alanin aminotransferase (ALT) as seen in P3 (291.19±113.92 U/L) and P4 (229.38±73.45 U/L) groups. The APRI scores were also reduced after EEP as seen in P3 (0.738±0.292) and P4 (0.513±0.253) groups. Thus, EEP isolates from Gunung Lawu can reduce liver cell damage and fibrosis in mice model of hepatic cirrhosis.

Efek Hepatoprotektif dan Antifibrotik Propolis Indonesia

Sirosis hati (SH) merupakan tahap ireversibel dalam proses kerusakan hati yang terjadi setelah fibrosis hati sebagai hasil aktivitas nekroinflamasi dan fibrosis hati. Oleh karena itu, penghambatan inflamasi hati dan fibrosis sangat penting untuk mencegah terjadi SH. Penelitian ini bertujuan menganalisis efek ekstrak etanol isolat propolis (EEP) gunung Lawu dalam mencegah progresifitas kerusakan dan fibrosis hati pada mencit model SH. Penelitian dilakukan di Laboratorium Histolgis Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Lembaga Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada Yogyakarta . Penilitian ini dilakukan periode Juni 2018 sampai Mei 2019, dengan sampel 32 ekor mencit Balb/C jantan dibagi menjadi kelompok (P1) kontrol negatif, (P2) induksi karbon tetraklorida (CCl4 ), (P3) induksi CCl4 +EEP dosis 50 mg.kgBB-1, dan (P4) induksi CCl4 +EEP dosis 100 mg.kgBB-1, dengan tiap-tiap sampel terdiri dari delapan ekor mencit Balb/C jantan. CCl4 dalam minyak zaitun diberikan pada tikus Balb/C tiga kali seminggu selama enam minggu secara intraperitoneal. Uji ANOVA digunakan untuk menentukan perbedaan rata-rata antar kelompok dengan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Namun, penambahan EEP secara signifikan (p<0,001) menurunkan tingkat kerusakan sel hati seperti yang terlihat pada P3 (54,38±4,17 per 100 sel hati) dan kelompok P4 (37,13±4,36 per 100 sel hati) dan serum alanin aminotransferase (ALT) seperti yang terlihat dalam kelompok P3 (291,19±113,92 U / L) dan P4 (229,38±73,45 U / L). Hasil skor APRI menunjukkan kelompok P1(0,213±0,113) dan P2 (0,863±0,534), EEP dapat menurunkan skor APRI pada kelompok P3 (0,738±0,292) dan P4 (0,513±0,253). Simpulan, EEP isolat Gunung Lawu menurunkan tingkat kerusakan sel hati dan fibrosis pada mencit model SH.