Penatalaksanaan Anestesi pada Pasien dengan Sick Sinus Syndrome yang Menjalani Laparotomi Ec Perforasi Gaster
Abstract
Disfungsi dari Sinoarterial node (SA node, yang dikenal sebagai “Sick Sinus Syndrome”, merupakan salah satu penyebab gangguan ritme jantung, dan dapat disebabkan oleh gangguan baik faktor intrinsik atau faktor ekstrinsik dari SA node. Diagnosis Sick Sinus Syndrome ditegakkan dengan adanya gangguan ritme jantung dengan episode takikardia-bradikardia, dan disertai gejala klinis seperti; sinkop, palpitasi, atau dapat saja tanpa gejala klinis. Semua literatur mengatakan penatalaksanaan Sick Sinus Syndrom perioperatif adalah dengan pemasangan pacemaker jantung baik transkutaneus maupun secara transvenous pada preoperatif. Seorang pria berumur 75 tahun dengan diagnose peritonitis diffuse yang disebabkan oleh perforasi gaster. Pada pemeriksaan klinis preoperatif didapatkan pasien kompos mentis, anamnesis ada riwayat hipertensi yang tidak terkontrol. Pada pemeriksaan fisik didapatkan bradikardi dengan nadi 31x/menit, tekanan darah 190/100 mmHg. Ditempat tersebut tidak terdapat fasilitas untuk pemasangan pace maker baik trans kutaneous maupun secara transvenous. Dengan pertimbangan sirkulasi organ (mikrosirkulasi) cukup baik ( kompos mentis, SpO2 99% dan setelah optimalisasi diuresi mencapai 1cc/kgBB/jam). Pemeriksaan foto toraks didapatkan kardiomegali tanpa bendungan paru, pemeriksaan laboratorium menunjukkan angka – angka normal termasuk tes fungsi ginjal (kreatinin 0,97 mg/dl dengan ureum 82,6 mg/dl). Diputuskan untuk melakukan tindakan anestesi / pembedahan ditempat ybs dan rencana anestesi adalah dilakukan dengan anestesi umum. Saat pasien masih sadar, mulai diberikan fentanyl secara bertahap, 2 µgr/kgBB. Nadi berkisar antara 28 – 44x/menit, SpO2 98%. Limabelas menit kemudian diberikan propofol secara titrasi dan setelah pasien tertidur fasilitas intubasi dengan atrakurium. Setelah intubasi nadi mencapai 44 - 90x/menit dan saat nadi mencapai 90x/menit, didapatkan nadi yang iregular berupa ventricular extrasystole ( VES ) yang multifokal, diputuskan untuk mempertahankan nadi sekitar 35 – 40x/ menit dengan tekanan darah 160/70 mmHg. Selama pembedahan, nadi dan tekanan darah stabil pada kisaran diatas. Pasca bedah pasien dirawat di ruang perawatan intensif selama 2 hari setelah itu pindah ke ruang perawatan biasa dalam keadaan baik. Pasien pulang setelah hari ke 8.
Kata kunci: Sick Sinus Syndrome, Bradikardia
Anesthesia for Laparatoy e.c Gaster Perforation with Sick Sinus Syndrome
SA node dysfunction, or known as Sick Sinus Syndrome is the common cause of disrythmia and can be caused by intrinsic and extrinsic factors of the SA node. The diagnose performed by the occurrence of bradi- takhikardia episode and the clinical symptoms, could be syncope, palpitation, or maybe asymptomatic. Some of the literature defined that the perioperative management of sick sinus syndrome is preoperative insertion of pacemaker (transcutaneal or transvenous pacing). A 75 years old man underwent laparotomy with diffuse peritonitis caused by gastric perforation. In preoperative clinical evaluation the patients revealed full awake ( compos mentis), with history of uncontrolled hypertension. In physical exammination a severe bradicardia was found with pulse of 31x/minute, and the blood pressure was 190/100 mmHg. In this rural hospital there was no fascility to insert the pace-maker. The organ perfusion was considered to be optimal from clinical evaluation ( proved by the wakefullness, SpO2 99%, and diuresis 1cc/kgBW after optimalization ). The chest X’ray showed a cardiomegali without the sign of pulmonary congestion. The laboratory test were within normal limit including the renal function test ( creatinin; 0,97 mg/dl, and ureum 82,6 mg/dl). We decided to perform general anesthesia in this procedure. Before the induction while patient still awake, fentanyl 2µg/kgBW was given intravenously. Fifteen menue after fentanyl administration induction of anesthesia performed and initiated with propofol intravenous injection slowly until patients felt asleep, than intubated after muscle relaxant intravenous reached the onset After intubation the pulse / heart rate of patients rose to 44 – 90x/minute. While the pulse was 90/ minute the heart rythm of the patients became irregular, a multifocal ventricular extra systole occured, and it was reversible when the heart rate back to 44x/ minute. We decided to maintain the heart rate between 35 – 40dmitted to the iCU, and after 2 days in the ICU patients was transfered to the ward, and can be dischared home after 8 days.
Keywords: Bradikardia, Sick Sinus Syndrome
DOI: 10.15851/jap.v1n1.159
Article Metrics
Abstract view : 3088 timesThis Journal indexed by
JAP is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License
View My Stats